Selasa, 31 Januari 2012

Citra Sebagai Sasaran Public Relations

 

Praktisi PR (public relations) senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta.Oleh karena itu, para praktisi PR kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadi orang-orang dalam memahami suatu pesan, demi menjaga repurtasi dan citra suatu lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.

Ada beberapa jenis citra (image), antara lain:
1. Citra Bayangan (mirror image)
     Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi- biasanya adalah mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasim, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena kita biasamembayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang-orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.

2. Citra yang Berlaku (current image)
     Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. 

3. Citra Harapan (wish image)
    Citra Harapan adalah suatu itra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik daripada citra yang ada; walaupun dalam kondisi tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. Citra harapan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.

4. Citra Perusahaan (corporate image)
    Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. hal-hal positif dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, repurtasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar, kesediaan turut memilkul tanggung jawab sosial, dan sebagainya.

5. Citra Majemuk (multiple image)
     setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai. masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra itu harus ditekan seminim mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus di tegakkan. Banyak cara untuk itu. Antara lain adalah dengan mewajibkan semua karyawan mengenakan pakaian seragam, menyamakan jenis dan warna mobil dinas, bentuk toko yang khas, simbol-simbol tertentu dan sebagainya.

Minggu, 22 Januari 2012

Sekilas mengenai pengertian Public Relations

 
Sering dikatakan bahwa Public Relations  merupakan suatu bidang baru yang muncul pada beberapa tahun lalu, sejak berakhirnya perang dunia ke-2, atau pada permulaan abad ke – 20. Kesan seperti ini terutama terdapat dinegara-negara yang meraih kemerdekaan selama 30 tahun terakhir.

Public Relations  atau yang disebut humas (hubungan masyarakat) merupakan suatu bidang yang sangat luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak.  Pihak tersebut terdiri dari, baik itu pihak media massa ataupun pihak publik. Maka dari itu, Public Relations  merupakan suatu fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik.

Walaupun berbagai definisi kehumasan memiliki redaksi yang saling berbeda akan tetapi prinsip dan pengertiannya sama. Untuk menghindari salah pengertian tersebut, berikut ini pembahasan mengenai definisi Public Relations . 

 Cutlip, Center, dan Groom dalam bukunya yang berjudul Effective Public Relations  mendefinisikan Public Relations  sebagai sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.

Sebagai berikut salah satu fungsi manajemen, Public Relations  mencakup hal-hal sebagai berikut:

1.   Memperkirakan, menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu-isu yang mungkin mempengaruhi operasi dan rencana organisasi, baik itu pengaruh buruk maupun baik.
2.  Memberikan saran kepada manajemen disemua level di dalam organisasi sehubung dengan pembuatan keputusan, jalannya tidakan dan komunikasi, dan pertimbangan stratifikasi publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi.
3.  Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program-program aksi dan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan organisasi. Hal ini mencakup program Marketing , financial, pengumpulan dana, karyawan, komunitas, hubungan pemerintah, dan program-program lain.
4.  Merencanakan dan menginplementasikan usaha organisasi untuk memengaruhi atau mengubah kebijakan publik.
5.   Mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut.

Public Relations  dirancang untuk menciptakan komunikasi yang persuasif dengan tujuan mempengaruhi publik tertentu.  Kata kunci dalam definisi ini “dirancang”, “komunikasi yang persuasif”, dan “publik yang signifikan”. Public Relations  bukanlah ilmu tradisional yang digunakan untuk menghadapi tujuan-tujuan sesaat. Public Relations  perlu direncanakan dalam suatu pendekatan manajemen kepada target-target publik tertentu. Public Relations   melakukan komunikasi dengan cara membujuk.




Jumat, 20 Januari 2012

Proses Transfer Humas

Sesuai definisinya, kegiatan PR dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap, dan tanggapan yang lebih baik dari khalayak terhadap produk, tindakan atau suatu organisasi secara keseluruhan. proses penciptaannya itu disebut sebagai proses transfer. terciptanya pengertian timbal balik melalui proses transfer dalam humas dapat di peragakan secara sederhana sebagai berikut:

sebuah perusahaan, produk atau jasa bisa jadi merupakan subjek dari salah satu atau lebih dari empat pernyataan negatif pada kotak sebelah kiri dari model proses pengubah humas. inilah penjelasannya:
  1. Antipati (Hostility). Sebuah organisasi atau perusahaan bisa jadi dimusuhi oleh pihak-pihak tertentu karena tindak tanduknya tidak disukai, salah satu produknya dibuat asal jadi, kepribadian perusahaan itu dinilai buruk, perusahaan itu berasal dari negara asing, atau semata-mata karena perusahaan tersebut besar. ketika pabrik Union Carbide mengalami kecelakaan di India, korbannya yang tewas mencapai puluhan orang dan jumlahnya orang yang terkontaminasi sehingga cacat seumur hidup mencapai ratusan orang. Apalagi sebagian korbannya adalah penduduk menengah kebawah yang bermukim di sekitar lokasi pabrik. Tragedi ini bukan hanya memunculkan sentimen negatif terhadap perusahaan asing di India, namun juga mencemarkan reputasi Union Carbide diseluruh dunia. Hanya dengan usaha PR berjangka panjang, sikap antipati itu busa diatasi secara bertahap.
  2.  Kecurigaan (Prejudice). adalah lebih beraat untuk mengatasi rasa curiga dari pada sikap antipati, karena prasangka itu biasanya berakar lama dan diwarisi dari keluarga, pendidikan, etnis, atau malah geografis. Prasangka memang tidak didasarkan pada alasan yang rasional, namun keberadaannya lebih sulit dikikis karena terlanjur mengakar dala hati. banyak orang masih menaruh prasangka tentang resiko naik pesawat terbang, berlibur ke luar negri, makan-makanan asing, komputer, atau iklan serta humas.
  3. Masa Bodo (Apathy). Rasa tidak tertarik terhadap sesuatu juga amat sulit diatasi. orang-orang pada umumnya cenderung bersikap kolot; terpaku pada kebiasaan-kebiasaan lama yang terlanjur mengakar, dan engga mencoba hal-hal yang baru. mereka mungkin sudah terpuaskan dengan urusan-urusan terdekat-keluarga, rumah, pekerjaan, hobi- sehingga malas untuk meluaskan minatnya lebih jauh. Mereka bahkan bersikap acuh terhadap hal-hal yang boleh jadi akan menguntungkannya, seperti jasa perbankan, asuransi, tabungan, liburan, atau bentuk pakaian yang lain jenisnya.
  4. Lalai (Igorance). Dalam dunia yang kompleks ini setiaporang terdorong untuk mengabaikan banyak hal. ini tidak dielakan. Ada masanya orang bersikap acuh tak acuh terhadap detergen baru, acara televisi, pemanas sentral atau pengatur udara (AC), atraksi akrobat.

Kamis, 12 Januari 2012

Analisa Iklan Politik "kontrak Politik Untuk Perubahan"



Iklan yang saya ambil untuk dianalisa iklan politik pada partai PDI-P dengan versi “kontrak politik untuk perubahan”. Iklan ini muncul tanggal 2 Februari 2009 di koran kompas. Iklan ini berukuran dua pertiga halaman. Warna latar iklan ini adalah warna merah sesuai dengan warna partai PDI Perjuangan.
Iklan PDI-P dengan tema “kontrak politik untuk perubahan” dalam struktur iklan, iklan ini memiliki struktur yang lengkap, yaitu kepala judul, subkepala judul, badan iklan dan signature. Akan tetapi, pada iklan ini judul dan sub kepala pada iklan tersebut terlihat hurufnya memiliki persamaan bentuk, hal ini membuat adanya terkesan tidak selaras antara kepala judul dan subkepala judul.
Sasaran utama pada iklan politik ini tentunya masyarakat luas yang bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui program-program apa yang dilakukan para calon kandindat dan partainya, sehingga ini merupakan alat persuasi untuk mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya dengan mencoblos partai PDI-P.
Iklan ini memiliki beberapa gambar untuk mendukung teks pada iklan PDI-P tersebut. Iklan yang mendukung antaralain penyertaan gambar Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum PDI-P sehingga menimbulkan anggapan bahwa penyertaan gambarnya merupakan identitas PDI-P. Iklan yang didominasi warna merah ini merupakan partai politik yang mempunyai lambang partai yang khas yang hanya dimiliki oleh PDI-P serta nomer urut partai yang sesuai dengan nomer urut pada pemilu 2009.
Iklan ini berisi tentang bagaimana ketua umum PDI-P dan anggotanya untuk mengkampanyekan partainya yang bertujuan untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat yang berisikan bahwa partai PDI-P sanggup membuat perjanjian jika ia menang dalam pemilu 2009 dan apabila melanggar para anggotanya yang duduk di bangku DPR akan mendapat hukuman sesuai dengan isi perjanjian iklan tersebut. Sehingga pesan yang dikomunikasikan melalui iklan ini bisa tertanam dibenak masyarakat untuk memilih partai ini pada pemilu.
Dalam iklan ini, terdapat gambar seorang warga perempuan berkacamata dan berbaju merah, penyertaan gambar ini adalah Eri Kusrini, karyawan yang merupakan caption dari gambar t ersebut. Selain itu, Eri Kusrini mendukung testimonials yang diungkap warga tersebut untuk mendukung PDI-P.
Teori-teori komunikasi yang dapat dijadikan acuan dalam iklan PDI-P ini untuk melihat kelebihan media maupun kelemahan-kelemahannya dan mempersuasi masyarakat dalam hubungan aktivitas politik adalah menggunakan teori Agenda Setting  (Agenda Setting Theory). Teori ini mengatakan bahwa media memberi pengaruh besar terhadap khalayak dalam mengkampanyekan politik melalui penayangan berita, isu, citra maupun penampilan kandidat itu sendiri. Karena dalam kontek politik, partai PDI-P dan para anggotanya dalam iklan ini akan berusaha memengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum dalam pembentukan image pada partai PDI-P.  
Secara umum, iklan partai politik memiliki struktur kepala judul, subkepala judul, badan iklan (dapat berupa testimonials, caption, dan flash), dan signature. Signature dalam iklan partai politik PDI-P ini, signature hanya berisi nomer partai dan lambang partai tanpa disertai slogan.
Maka dari itu dapat disimpulkan, fungsi gambar dan hubungan gambar dengan bahasa iklan dari ketiga partai terlihat bahwa (1) gambar tokoh partai, (2) nomer urut partai, (3) lambang partai, selalu ada dalam setiap iklan partai politik. Dan iklan-iklan partai politik ini juga selalu disertai warna latar yang merupakan identitas setiap partai. Seperti pada iklan PDI-P yang di dominasikan warna merah.

Selasa, 10 Januari 2012

UAI Care For The Future With Kelas Belajar Oky


Jakarta-Sabtu, 7 Januari 2012. UAI mengadakan kegiatan sosial. Kegiatan ini bernama “UAI Care For The Future With Kelas Belajar OKY”. Adapun tema dari acara tersebut adalah: “Melek Membaca Bersama Kelas Belajar OKY”. Acara dilaksanakan oleh para mahasiswi dari kelas Public Relations B 2009 diketuai oleh Annisa Ardila dan  dibawah bimbingan ibu Lestari sebagai dosen dari jurusan Ilmu Komunikasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kontribusi positif belajar dan bermain kepada anak-anak yang kurang mampu di “Kelas Belajar OKY”.

Bentuk kegiatan “UAI Care For The Future With Kelas Belajar OKY” berupa bedah buku dan permainan education yang bisa disebut sebagai belajar sambil bermain yang bertemakan “Melek Membaca Bersama Kelas Belajar OKY”. Peserta dari kegiatan ini adalah Anak-anak yang tergabung dengan “Kelas Belajar Oky”, berusia sekitar 6-12 tahun yang berjumlah 25 orang.



Pada acara kampanye sosial ini kamu juga menambahkan bingkisan untuk masing-masing anak berupa goodie bagi yang di dalamnya terdapat peralatan alat tulis dan kami sertakan pula Koran Anak Dasar dari Komnas Anak tujuannya agar setelah acara ini mereka tetap semangat untuk belajar dan membaca, serta kami juga memberikan bingkisan makanan untuk mereka bawa pulang.

Acara ini juga dapat berjalan berkat dukungan dari panitia kelas Public Relations B 2009, yang terdiri dari Elsa Rachmawati, Heny Purnamasari, Sari Setyaningrum, Nadya Fitriani S., Tania Geulistyawati, Khariza Nur Yustika, Debby Lisnawati, Diah Laila Putri, Tika Aulia, Uswatun Chasanah, dan Hanna Aditya Pradini.


Selain itu, demi menunjang kegiatan belajar mengajar di Kelas Belajar Oky kami menambahkan sumbangan berupa meja kayu lipat sebanyak 24 buah dan 1 buah lemari buku. Acara ini dapat berjalan dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak antara lain, mulai dari dosen  pembimbing kami Ibu Lestari Nurhajati, pihak Universitas Al Azhar Indonesia, Ibu Gayatri Atmadi (Dosen UAI). Selain itu pihak sponsor Speedy, YPI, Komnas Anak, Jewel by Ardhya Rahma dan para donatur lainnya.




sumber:  http://uai.ac.id/category/berita/  di tulis oleh Annisa Ardila sebagai ketuadari UAI care for the future with Kelas Belajar Oky


Kamis, 05 Januari 2012

sekilas mengenai Koran Kompas


Koran Harian Kompas






 
Jenis                   :        Surat kabar harian
Format               :        Broadsheet 7 Kolom
Pemilik               :        Kelompok Kompas Gramedia
Penerbit              :        PT.Kompas Media Nusantara
Redaktur kepala :        Rikard Bagun
Didirikan            :        28 Juni 1965
Negara                :       Indonesia
Kantor Pusat      :        Jalan Palmerah Selatan No.26-28 Jakarta Kodepos 10270 Indonesia
Situs web          :        www.kompas.com

Sejarah Kompas
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, P.K. Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama yang pada waktu itu sudah mengelola majalah Intisari yang terbit tahun 1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.
Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat.Salah satu alasannya, kata Frans Seda, nama Bentara sesuai dengan selera orang Flores. Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Atas usul Presiden Sukarno, namanya diubah menjadi Kompas, pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.
Setelah mengumpulkan tanda bukti 3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit pertamakali pada tanggal 28 Juni 1965. Pada mulanya kantor redaksi Kompas masih menumpang di rumah Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di kantor redaksi Majalah Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit dengan empat halaman dengan iklan yang hanya berjumlah enam buah.
Seiring dengan pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas saat ini dibagi menjadi tiga bagian (section), yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga. Harian Kompas diterbitkan oleh PT.Kompas Media Nusantara.
Berdasarkan hasil survey pembaca tahun 2008, Profil pembaca Koran Kompas mayoritas berasal dari kalangan (Strata Ekonomi dan Sosial) menengah ke atas (SES AB) yang tercermin dari latar belakang pendidikan dan kondisi keuangan.

Tim Redaksi Kompas

  Pemimpin Redaksi          :   Rikard Bagun[1]
Wakil Pemimpin Redaksi :    Trias Kuncahyono[2]
Positioning
Positioning Kompas sebagai koran nasional akan semakin kokoh. Di sisi yang lain koran-koran regional juga akan tumbuh lebih sehat tanpa kekhawatiran bertempur dengan bayangan konglomerasi media. Yang sesuai dengan slogan kompas yaitu amanat hati hurani rakyat, maka Koran kompas memposisikan dirinya untuk lebih dekat dengan rakyat.
Oplah
Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya malah mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia.
Saat ini (2011), Harian Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan oplah rata-rata 500.000 eksemplar setiap hari dan mencapai 600.000 eksemplar untuk edisi Minggu, Kompas tidak hanya merupakan koran dengan sirkulasi terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Untuk memastikan akuntabilitas distribusi harian Kompas, Koran Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit semenjak tahun 1976.
 

Selasa, 03 Januari 2012

REVIEW ARTIKEL


Review artikel pada koran kompas pada hari selasa, 25 Oktober 2011

Judul artikel
Kutukan Politik Uang

Dari artikel mengenai “Kutukan politik uang” menjelaskan bagaimana partai politik mendapatkan uang untuk biaya politik di Indonesia yang berujung pada kasus dugaan korupsi.  Disatu sisi banyak khalayak yang bertanya mengenai dari sumber mana  untuk mendanai biaya politik yang dinilai mengeluarkan angka yang fantastis setiap bulannya. Salah satunya seperti wakil bendahara umum partai Golkar, Bambang Soesatyo yang menjelaskan bahwa partai Golkar setiap bulannya mengeluarkan dana hingga Rp 10 miliar untuk pembiayaan partai Golkar dari tingkat pusat hingga tingkat kecamatan.
Biaya politik untuk menunjang jalannya partai politik membutuhkan dana besar untuk menjalankan mesin politiknya. Belum lagi jutaan rupiah yang harus keluar dari calon presiden, gubernur, dan walikota/bupati untuk membiayai kampanye mereka. Pada dasarnya para politikus mengeluarkan “investasi” yang besar untuk mencapai kedudukan politik. Sehingga pada saat berkuasa cenderung mencari imbal balik dari investasi yang sudah dilakukan.
Banyak orang yang berbondong-bondong ingin menjadi politisi di Indonesia walaupun harus mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit dalam mengkampanyekan dirinya. Hal ini karena manfaat yang dipetik menjadi politisi adalah amat besar, serta kedudukan yang dinilai orang merupakan pekerjaan yang tinggi, baik secara politis maupun financial.
Mahalnya biaya politik bukanlah perkara yang baru. Hal ini sudah menjadi perbincangan khalayak luas mengenai anggaran yang harus dikeluarkan oleh partai, tetapi tidak memandang masyarakat, sehingga membuat kekecewaan rakyat terhadap elite politik. Seperti halnya ketika pemilu datang, para partai politik maupun kelompok elite rela turun ke jalan untuk bersikap empati untuk melihat kondisi kelompok bawah, tetapi ketika usai pemilu seolah-olah politisi meninggalkan tanggung jawab mereka untuk lebih mensejahterahkan rakyat.

Judul artikel
“Runtuhnya ideologi partai politik”,
“Menaruh harapan pada partai politik”, dan
“Bukan dipersatukan ideologi”

Dari ketiga artikel “runtuhnya ideologi partai politik”, artikel “menaruh harapan pada partai politik” dan artikel “bukan dipersatukan ideologi” dapat dikatakan apabila ideologi terdapat perbedaan, itu tidak akan bisa membentuk partai politik. Karena pada dasarnya partai politik dibentuk berdasarkan kesamaan ideologi, pikiran atau gagasan, serta tujuan dan cita-cita yang sama. Partai politik yang berideologi dengan menganut ideologi agama, ideologi komunis, dan ideologi nasional. 
Partai politik di Indonesia sudah lama meninggalkan ideologi untuk mendasari kerjasamanya dengan partai lain. ideologi pada partai Demokrat, Golkar, PDI-P,  Hanura, dan Gerindra relatif berdekatan. Akan tetapi, yang terjadi sekarang berbeda. Partai Demokrat justru bersama dengan PPP dan PKS yang keduanya berasaskan Islam, serta didukung PAN dan PKB dan menyusul Golkar.
Ideologi adalah partai politik yang tidak hanya sekedar pengikat antara para anggota parpol, tetapi merupakan suatu kedekatan partai politik untuk mencapai suatu tujuan besar, bukan tujuan pribadi atau golongan yang sesat (pragmatis).  Karena pada dasarnya, pragmatisme kaum elite politik menjadi kata kunci. Untuk elite politik, sering kali yang penting adalah menjadi kepala negara, kepala daerah, atau anggota legsilatif. Karena menurut elite politik lebih penting menang  dan terus berkuasa dari pada mempersoalkan ideologi partai politik.
Dalam mempersatukan ideologi pada runtuhnya ideologi partai politik, ideologi pada oreintasi parpol di Indonesia memang mengalami pergeseran. Sebelumnya, parpol di Indonesia merupakan partai massa yang memiliki ideologi jelas. Akan tetapi, kini, parpol berkembang menjadi partai elektoral yang lebih berorientasi pada upaya memenangi pemilu.
Pada runtuhnya ideologi partai politik, masyarakat masih menaruh harapan pada partai politik. Karena keberadaan parpol adalah salah satu ciri utama pada sebuah negara demokrasi, selain ciri lainnya, yakni (pemilu) yang bebas dan adil. Namun demikian, para politisi beranggapan bahwa masyarakat masih menaruh harapan untuk para politisi. Sehingga, saat ini dibutuhkan para politisi cerdas dan bernurani yang bisa menjawab kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Gerakan reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar dalam kelembagaan partai politik. Sosok kelembagaan parpol, yang sebelumnya demikian elitis dan hegemonik akibat strategi politik Orde Baru, secara drastis berubah menjadi lebih egaliter dan demokratis. Kebijakan politik Orde Baru yang sejak tahun 1973 mengonsolidasikan potensi fragmentasi politik multipartai Orde Lama ke dalam tiga kontestan pemilu: PPP, Golkar, dan PDI, terhantam gelombang tuntutan demokrasi.
Saat ini, keterlibatan kader parpol yang begitu luas malah menyebabkan berbagai kebobrokan. Keikutsertaan parpol yang begitu dalam penentuan penyaluran anggaran, misalnya membuka peluang selebar-lebarnya bagi terjadi korupsi megamiliar.
Partai massa muncul dari gerakan masyarakat sipil di luar parlemen. Masyarakat sipil membangun parpol karena adanya kesamaan ideologi yang kuat. Masyarakat masuk secara sukarela menjadi anggota, bahkan memberikan uang atau iuran untuk operasional parpol.
Sedangkan partai elektoral timbul dan dikelola oleh kalangan elite dan profesional. Ideologi tak lagi menjadi pengikat utama.
Partai elektoral hanya berorientasi untuk memenangi pemilu, dengan mengupayakan pendekatan kepada masyarakat atau pemilih. Pergeseran orientasi parpol di Indonesia tidak lepas dari evolusi kepartaian yang umum terjadi seluruh dunia. Ada pergeseran yang mendasar yang menandai runtuhnya partai massa. Jika orientasi partai massa adalah memperkuat basis konstituen atau membangun basis sosial, partai elektoral lebih bersifat terbuka, karena segmentasi yang akan direkrut menjadi lebih luas. Partai elektoral lebih mengedepankan isu atau program dibandingkan membangun serta memperkuat pengakaran politik dan basisnya.

Judul artikel
Semua Mengarah ke Tengah

Dari artikel “Semua mengarah ke tengah”, ini merupakan salah satu kerja partai politik adalah memenangkan pemilu demi mengejar ideologi dalam kerja politik praktis. Dengan adanya pemilu masyarakat bisa menyalurkan hak mereka untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan keinginan mereka yang berdasarkan pada ideologi. Tetapi perbincangan soal ideologi kian lama kian tenggelam, itu karena ada beberapa isu yang ramai dibicarakan oleh politikus yaitu soal koalisi dan reshuffle kabinet, perkara dugaan korupsi proyek wisma atlet SEA Games di Palembang, dan yang terakhir adalah polemik pembangungan gedung baru DPR.
Partai politik terlihat pada arus pragmatisme. Konstelasi politik terkini menunjukan terjadinya inkonsistensi dalam sikap partai di parlemen. Adanya dana aspirasi sarat kepentingan partai memberikan sebuah potret pada kita, betapa gejala pragmatisme saat ini sangat terasa di partai politik Indonesia.
Di sisi lain, secara internal partai cenderung menginklusifkan diri dan mencoba untuk merangkul semua kalangan sebagai konstituen. Ideologi politik tidak lagi menjadi basis sikap. Sehingga, jika dulu berpolitik untuk mengekspresikan komitmen ideologis, sekarang justru sebaliknya:  berpolitik untuk kepentingan-kepentingan pragmatis. Dalam demokrasi yang sudah terinstitusionalisasi, ideologi partai akan mengarah ke tengah dan membuat penyekat ideologi antarpartai akan semakin blur.
Pancasila kini yang menjadi dasar dan tujuan dalam setiap kebijakan partai. Seperti salah satunya partai Demokrat yang memenangi pemilu 2009, membangun ideologi nasionalisme religius dengan gambar bahwa partai ini partai yang mengarah ke tengah bukan yang mengarah pada haluan kanan maupun kiri.
Saat ini ideologi sudah tak menarik lagi sebagai alat pengikat partai dengan kader dan pemilihnya. Ideologi makin dikembangkan menjadi lebih terbuka, lebih inklusif pada wacana ideologi dari masa lalu yang bobotnya kian lama kian menurun.

Judul artikel
Wajah Coreng Moreng di media Massa

Dari atrikel “wajah coreng moreng di media massa” yang menjelaskan bahwa media mempunyai poisisi yang paling strategis diantara elemen negara yang lain seperti birokrasi, eksekutif, legislatif, yudikatif bahkan sampai partai politik karena media mempunyai senjata yang ampuh yaitu dapat mempengaruhi opini publik dan menggiring persepsi masyarakat untuk tujuannya. Media juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengkonstruk image atau citra bahkan menjatuhkan lawan politik tertentupun dapat dilakukan dengan strategi penguasaan media.
Peranan media diharapkan dapat melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Setidaknya media dapat berperan untuk berpengaruh politik bagi masyarakat yaitu penambahan informasi tentang pemilu, mempengarui perilaku memilih, sehingga akan berdampak pada sistem politik yang berjalan. Selain itu, media dapat menjadi sarana bagi sosialisasi program-program dari kandidat pemimpin, media juga menjadi sarana untuk menmberitakan sepak terjang kandidiat sehingga diharapakan masyarakat mempunyai penilaian dan tidak salah pilih terhadap kandidat pemimpin.
Isu-isu politik yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari pemberitaan media massa. Khusunya pada saat musim pemilu, para kadar partai berebutan untuk tampil di media massa. Karena tujuan dari iklan itu sendiri adalah persuasif (mengajak). Hal ini sebagai bentuk pencitraan partai politik dimata konsumen. Dengan dikemas oleh media massa, partai politik yang disuguhkan dalam iklan akan terkesan merakyat. Tetapi banyak partai yang menggunakan media massa untuk mengajak atau memilih partainya atau bahkan dengan janji-janji setelah partainya memenangkan pemilu, jarang sekali mereka mengiklankan partainya dengan keterkaitan masalah yang terjadi di Indonesia, seperti kemiskinan, pengangguran, sembako naik ataupun masalah kebangsaan.
Disatu sisi, dari media massa lah masyarakat dapat mengetahui apa yang terjadi pada partai politik di Indonesia. Seperti buruknya pemerintahan maupun partai politik yang hanya mementingkan golongan kaum elite semata, tanpa mementingkan golongan kaum bawah. Bahkan bisa dikatakan media lebih menyiarkan tentang buruknya pemerintahan di Indonesia dibandingkan dengan pemberitaan positif. Seperti maraknya pemberitaan korupsi, kinerja pemerintah yang buruk dan masih banyak lainnya.
Maka sudah seharusnya partai politik harus lebih membenah diri, agar terhindar dari pemberitaan media yang menjatohkan citra postif partainya. Karena pada dasarnya suatu kepemimpinan atau kekuasan seharusnya dijadikan panutan atau contoh kepada masyarakat agar terciptanya negara dan bangsa yang adil dan makmur.