Jumat, 20 Januari 2012

Proses Transfer Humas

Sesuai definisinya, kegiatan PR dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap, dan tanggapan yang lebih baik dari khalayak terhadap produk, tindakan atau suatu organisasi secara keseluruhan. proses penciptaannya itu disebut sebagai proses transfer. terciptanya pengertian timbal balik melalui proses transfer dalam humas dapat di peragakan secara sederhana sebagai berikut:

sebuah perusahaan, produk atau jasa bisa jadi merupakan subjek dari salah satu atau lebih dari empat pernyataan negatif pada kotak sebelah kiri dari model proses pengubah humas. inilah penjelasannya:
  1. Antipati (Hostility). Sebuah organisasi atau perusahaan bisa jadi dimusuhi oleh pihak-pihak tertentu karena tindak tanduknya tidak disukai, salah satu produknya dibuat asal jadi, kepribadian perusahaan itu dinilai buruk, perusahaan itu berasal dari negara asing, atau semata-mata karena perusahaan tersebut besar. ketika pabrik Union Carbide mengalami kecelakaan di India, korbannya yang tewas mencapai puluhan orang dan jumlahnya orang yang terkontaminasi sehingga cacat seumur hidup mencapai ratusan orang. Apalagi sebagian korbannya adalah penduduk menengah kebawah yang bermukim di sekitar lokasi pabrik. Tragedi ini bukan hanya memunculkan sentimen negatif terhadap perusahaan asing di India, namun juga mencemarkan reputasi Union Carbide diseluruh dunia. Hanya dengan usaha PR berjangka panjang, sikap antipati itu busa diatasi secara bertahap.
  2.  Kecurigaan (Prejudice). adalah lebih beraat untuk mengatasi rasa curiga dari pada sikap antipati, karena prasangka itu biasanya berakar lama dan diwarisi dari keluarga, pendidikan, etnis, atau malah geografis. Prasangka memang tidak didasarkan pada alasan yang rasional, namun keberadaannya lebih sulit dikikis karena terlanjur mengakar dala hati. banyak orang masih menaruh prasangka tentang resiko naik pesawat terbang, berlibur ke luar negri, makan-makanan asing, komputer, atau iklan serta humas.
  3. Masa Bodo (Apathy). Rasa tidak tertarik terhadap sesuatu juga amat sulit diatasi. orang-orang pada umumnya cenderung bersikap kolot; terpaku pada kebiasaan-kebiasaan lama yang terlanjur mengakar, dan engga mencoba hal-hal yang baru. mereka mungkin sudah terpuaskan dengan urusan-urusan terdekat-keluarga, rumah, pekerjaan, hobi- sehingga malas untuk meluaskan minatnya lebih jauh. Mereka bahkan bersikap acuh terhadap hal-hal yang boleh jadi akan menguntungkannya, seperti jasa perbankan, asuransi, tabungan, liburan, atau bentuk pakaian yang lain jenisnya.
  4. Lalai (Igorance). Dalam dunia yang kompleks ini setiaporang terdorong untuk mengabaikan banyak hal. ini tidak dielakan. Ada masanya orang bersikap acuh tak acuh terhadap detergen baru, acara televisi, pemanas sentral atau pengatur udara (AC), atraksi akrobat. 
 Referensi:
Anggoro, M.Linggar.2008. Teori dan profesi kehumasan serta aplikasinya di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar